betapa cinta kasih dari seorang Ibu,
semoga hati keras kita luluh,
.............
Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun,
sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah.
Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah
jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya,
betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah
dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung
jawab atas perbuatannya.
Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum
dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang
hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia
diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib yang harus di tanggung, ia pun
harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia
melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak
mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang
ia dapatkan hanya cemohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram
tanpa bapak.
Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas rahmat yang didapatkannya
dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan
memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya
seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih. Siang ia
harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit
sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa
dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari
4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan.
Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini
ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah
putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap
mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik
kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada
putrinya.
Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia
tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging
yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya
sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan
memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang
tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian
sampai dengan makanan.
Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin
sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Idul Fitri.
Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Idul Fitri
untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum
mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun
cuaca di luaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia
tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.
Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali
badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan
memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus
bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidaksakit ia tetap bekerja,
selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan
studinya di luar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda
anak dari seorang konglomerat beken.
Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia
merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa
malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring
di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa
kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Pada saat putrinya menikah,
ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara
pernikahan. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia
duduk di sudut kursi paling belakang, sambil mendoakan agar Allah selalu
melindungi putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak
mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh
menghubungi putrinya.
Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan
seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia
sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk
bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia
tidak boleh menginjak rumah putrinya.
Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Allah, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia
melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga
putrinya. Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan
diperbolehkan bekerja disana.
Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan
sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga
tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Allah, bahwa ia
permohonannya telah dikabulkan. Di rumah putrinya, ia tidak pernah
mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih
dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri.
Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah
dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil
menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar
Allah mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak
dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja
kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.
Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang
mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan
tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan
tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan
sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh
bertemu lagi dengan putri kesayangannya.
Uang pensiun yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk
putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan
bantuannya. Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Idul Fitri, ia
jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak
lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan
yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan
boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan
seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai
hadiah terakhir untuk putrinya.
Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan saljupun turun
dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau
keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini
tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu
dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali.
Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus
berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah
jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Suatu
perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada
dlm keadaan sakit.
Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk
rumah putrinya dan ternyata putrinya sendiri yang membukakan pintu rumah
gedong di mana putrinya tinggal.
Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia
bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah
bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak
tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang
rumah!" "Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin
memberikan hadiah Idul Fitri untukmu.
Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya,
bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan
sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu.
"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan
menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali
mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan
putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia
mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.
Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah
beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam
telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami
pinjam,teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di
halte,bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati
kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja,
tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari
kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama
hidupnya.
Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang
tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu
memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan
siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan
ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit
dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari
tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah
kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di
hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah,
untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.
Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan
sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada
bunga maupun hadiah.
Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir
mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan
kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima
kasih kepada Ibu kita?
Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih
sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun
tangisan apabila Ibu telah tiada, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya
lagi.
Ya Allah,
Ampunilah Aku dan Kedua Orang Tuaku,
jadikanlah Aku anak yang berbakti kepada keduanya,
Amin ....